Siang ini begitu panas. Perjalanan pulang dari sekolah menuju rumah terasa sangat melelahkan walau aku mengendarai motor. Aku tidak pulang sendiri, tapi membonceng kakak perempuanku.
“Dek, buruan… panas nih”“Iya… tau kok”
“Tapi jangan ngebut kayak gini juga!”
“Tadi katanya buruan, gimana sih kakak ini?”
“Eh, diam, jangan ngelawan”
Duh, kakakku ini sungguh semena-mena.
Namaku Andre. Aku masih kelas 1 SMA saat ini, sedangkan kakakku, kak Risa kelas 3 SMA. Kami berada di sekolah yang sama. Jadilah tiap pergi ataupun pulang sekolah kami selalu bersama. Bahkan tidak hanya ke sekolah, kak Risa sering memintaku menemaninya tiap berpergian, kemanapun dan kapanpun sesuka hatinya.
Setelah setengah jam perjalanan menelusuri jalanan kota yang padat, kamipun sampai di rumah. Aku yang sudah lapar langsung menyerbu ayam goreng yang sempat kami beli di perjalanan pulang tadi. Beginilah jadinya kalau ditinggal berdua dengan kakak yang tidak pandai memasak, terpaksa urusan perut kami beli di luar. Seperti saat ini, orangtua kami sedang keluar kota mengurusi pekerjaan. Aku hanya berduaan saja dengan kak Risa selama beberapa hari kedepan.
“Ganti baju dulu kenapa sih dek? Langsung makan aja kamunya” ucap kak Risa sambil melepaskan jilbab putihnya.
“Ntar deh kak, lapar nih”
“Dasar ih kamu ini, besok kan seragamnya masih pake. Nanti kalau kotor gimana dong…”
“Gak bakalan kok…” jawabku santai. Tapi ternyata ucapannya itu benar-benar terjadi. Aku yang teledor saat membuka sambel sachet-an menyebabkan sambel itu muncrat ke seragam sekolahku. Duh!
“Hahaha, mamam tuh” ledek kak Risa. Aku hanya melirik kesal padanya.
Kak Risa ini kadang cerewet dan ngeselin orangnya, meskipun begitu dia kakak yang baik kok. Selalu bantuin aku kalau aku lagi kesusahan, terutama kesusahan bikin PR. Akupun juga sering jadi tempat curhatnya. Obrolan kami juga nyambung kalau masalah film dan game. Orangtua kami yang super sibuk dan hanya pulang ke rumah tiap akhir pekan membuatku jadi sangat dekat dengan kakakku ini. Pernah waktu itu kak Risa menginap di rumah temannya, walaupun hanya satu malam tapi membuatku sangat kesepian.
Setelah membuka jilbabnya, kak Risa mulai membuka kancing seragamnya. Nafasku sempat tertahan memandangnya. Tapi aksinya terhenti karena sepertinya dia teringat kalau dia tidak mengenakan baju dalam. Diapun pergi ke kamarnya.
Kak Risa kemudian ikut makan setelah dia mengganti pakaiannya. Rambut sebahunya itu kini diikat kuncir kuda.
Dia duduk di sebelahku. Sesekali dia melirik ke arahku dan tertawa saat melihat noda sambal yang mengotori seragamku ini. Aku kesal sebenarnya, tapi melihat dia tertawa rasanya membuat hatiku adem. Kakakku ini memang cantik. Memakai pakaian rumah yang biasa saja cantik. Sambil makanpun terlihat cantik.
Bagaimana bibir tipisnya itu melahap makanan, pipi putihnya yang menggembung karena penuh terisi. Ah, sungguh menawan. Tidak salah kalau banyak cowok yang jatuh hati padanya.
“Kak, kamu belajar masak aja kenapa sih? Daripada beli makanan di luar terus”
“Hmm… boleh, nanti kita bikin bareng yuk untuk makan malam”
“Bikin apa kak kita?” tanyaku semangat.
“Mi rebus aja gimana?”
“Yah.. kok mi rebus sih? Itu sih bukan masak namanya”
“Hahaha. Iya deh, ntar kakak coba masakin sesuatu deh untuk kamu. Dasar pikiranmu itu makan mulu” ucapnya sambil mengacak-acak rambutku lalu bangkit menuju dapur membawa piring kosongnya.
Setelah selesai makan dan beristirahat, sorenya kak Risa memang tampak sibuk di dapur. Aku sendiri juga tidak pandai memasak, jadi aku tidak membantu sama sekali dan menanti aja apa yang akan dimasak olehnya. Ternyata dia hanya masak tahu dan tempe. Yah, lumayan lah untuk makan malam. Tapi rasanya sungguh asin. Kakakku ini memang tidak punya bakat memasak. Masakannya gak pernah maknyus.
“Udah untung kakak buatin!”
“Iya deh iya…”
“Hahahaha”
Seperti itulah hari-hari yang ku lalui bersama dengan kakakku. Aku sangat betah di rumah kalau ada dia. Meski kadang ribut dan beradu argumen, namun rasanya sungguh nyaman bila berdua dengannya. Aku harap hubungan kami tetap seperti ini. Tapi sore itu juga aku menyaksikan sesuatu yang tidak pernah aku lihat sebelumnya. Untuk pertama kalinya aku melihat kak Risa telanjang bulat, basah-basahan!
Waktu itu aku mau mandi. Saat membuka pintu kamar mandi, aku terkejut karena ternyata di dalam ada kakakku.
“Eh, ma-maaf kak” ucapku langsung menutup pintu. Aku sempat melihat wajahnya juga terkejut melihat aku masuk. Tapi yang lebih parah tentunya aku yang sempat melihat keseluruhan tubuh telanjangnya, walaupun hanya sekian detik.
Aku merasa bersalah pada kak Risa. Ku yakin aku akan dimarahi olehnya. Ah, tapi salah dia kan pintu tidak dikunci. Dengan hati gundah akupun memutuskan untuk beranjak dari sana ingin kembali ke kamarku. Tapi belum sempat ku balik badan, pintu kamar mandi itu terbuka, dan kak Risa muncul dari dalam. Telanjang bulat!
“Kak… ba-bajumu!” ucapku sambil memutar tubuhku membelakanginya. Aku tidak berani memandangnya yang tanpa busana itu. Aku malu. Aku juga takut dia marah.
“Kamu tadi mau masuk ke kamar mandi yah dek?” tanyanya santai.
“I-iya kak… ma-maaf”
“Lho, kenapa maaf?”
“So-soalnya aku gak tahu kalau ada kakak di dalam”
“Owh… Kalau kamu mau pakai kamar mandi, tunggu kakak selesai dulu yah…”
“I-iya kak”
“Adek, kalau kakak ngomong lihat kesini dong”
“Eh, i-iya” dengan malu-malu akupun memutar tubuhku lagi menghadapnya. Dia berdiri santai di depanku dengan tangan kiri menutup buah dadanya serta tangan kanan menutup pangkal paha. Pose yang bikin aku panas dingin. Aku berusaha untuk tidak melihatnya langsung, tapi ternyata susah. Takut, tapi pengen lihat karena penasaran. Ah, aku pusing.
“Dek! Kenapa grogi gitu sih?”
“Gak kenapa-kenapa kok kak” jawabku berusaha tenang.
“Kamu gak pernah lihat cewek telanjang yah sebelumnya?”
“Ng-ngak pernah”
“Owh… “ ku lihat dia tersenyum. Dia tampaknya memang niat sedang menggodaku. Apalagi mengetahui aku baru pertama kali melihat cewek telanjang, senyumnya itu seperti ingin semakin menggodaku.
“Emang kakak gak malu telanjang gitu di depanku?” tanyaku memberanikan diri menatap matanya.
“Kenapa malu? Kan sama adek sendiri” jawabnya senyum-senyum. Aaah… meihat senyuman cewek cantik yang sedang telanjang bulat seperti ini sungguh membuatku tidak tahan.
“Udah dulu yah, kakak mau lanjut mandi dulu. Kamu antri yah… gak boleh barengan” ujarnya sambil mengerlingkan matanya. Mendengar ucapannya itu membuat jantungku semakin berdetak cepat saja.
Kak Risa lalu masuk kembali ke dalam kamar mandi. Sedangkan aku masih berdiri di sini, membatu tak bergerak seakan terpaku pada bumi. Pemandangan barusan benar-benar membuat darahku bergejolak tak karuan. Baru kali ini aku merasakan yang seperti ini.
Beberapa saat kemudian kak Risa selesai mandi. Dia keluar dengan sudah mengenakan pakaian lengkap.
“Tuh mandi” ucapnya sambil berlalu. Dia berlagak seperti tidak terjadi apa-apa saja, padahal aku sudah tak karuan.
Akupun masuk untuk mandi. Tapi bayangan kak Risa telanjang bulat tadi terus membekas di kepalaku. Tidak mau hilang. Peniskupun sudah ngaceng sedari tadi.
“Kak Risa….”
Entah kenapa aku jadi berusaha mengingat dengan detail tubuh kakakku itu. Warna kulitnya yang putih bersih tanpa cacat, butiran air yang meluncur dengan mulusnya di leher, perut serta belahan dadanya. Lekuk tubuhnya benar-benar indah. Bagian yang paling mempesona menurutku adalah buah dadanya yang bening itu, meskipun dia berusaha menutupi putingnya, tapi tetap bisa sekilas terlihat olehku tadi. Putingnya berwarna coklat kan?
Entah kenapa aku jadi berusaha mengingat dengan detail tubuh kakakku itu. Warna kulitnya yang putih bersih tanpa cacat, butiran air yang meluncur dengan mulusnya di leher, perut serta belahan dadanya. Lekuk tubuhnya benar-benar indah. Bagian yang paling mempesona menurutku adalah buah dadanya yang bening itu, meskipun dia berusaha menutupi putingnya, tapi tetap bisa sekilas terlihat olehku tadi. Putingnya berwarna coklat kan?
Arghh…
Tanpa sadar aku mulai memegang penisku dan mengocoknya. Dan untuk pertama kalinya, aku beronani sambil membayangkan kakakku.
Ah… kacau.
Tanpa sadar aku mulai memegang penisku dan mengocoknya. Dan untuk pertama kalinya, aku beronani sambil membayangkan kakakku.
Ah… kacau.
===
Beberapa hari kemudian…
Tampak orang-orang sudah sangat ramai di sini. Sepertinya teman kak Risa yang mengadakan pesta ulangtahun ini orang kaya hingga mampu menyewa restoran ini. Ya… hari ini aku dipaksa ikut oleh kak Risa ke acara ulang tahun temannya. Agak malas sih, tapi mendingan daripada gak ada kerjaan di rumah.
Aku sendiri dari tadi hanya duduk sendirian minum juss sambil memperhatikan kak Risa dari jauh yang sedang bercanda dengan teman-temannya. Mataku terus menatap lekat-lekat padanya. Memperhatikan gerak-geriknya, tawanya.
Ah, begitu cantiknya kakakku dengan busana kemeja kotak-kotak dominan merah, celana jeans panjang, yang dilengkapi dengan jilbab putih itu. Namun kelamaan menatap kak Risa, aku lagi-lagi terbersit bayangan dirinya yang bugil polos waktu itu. Bayangan yang sangat sulit hilang.
Kejadian waktu itu menjadi awal bagaimana aku jadi sering berpikiran mesum. Aku jadi semakin penasaran dengan yang namanya tubuh wanita. Aku jadi rajin browsing-browsing mencari gambar porno dan video mesum. Namun tetap saja tidak ada pemandangan yang lebih indah melebihi indahnya pemandangan kak Risa yang telanjang bulat dengan tubuh basah. Beruntungnya aku bisa melihatnya, tapi aku merasa berdosa juga karena akhirnya malah beronani dengan membayangkan kakak kandungku sendiri.
“Adeeeeek, sini! Ngapain sendirian aja di sana!? Mau kakak kenalin ke teman-teman kakak gak nih?” panggil kak Risa dari jauh yang disertai cekikikan teman-temannya. Aku hanya balas nyengir saja dan tidak beranjak dari dudukku, tapi akhirnya malah dia yang datang sambil membawa teman-temannya dan memperkenalkannya satu-satu padaku.
Aku grogi juga dekat-dekat banyak cewek seperti ini. Sepertinya kak Risa sengaja melakukan ini padaku. Sengaja membuat aku grogi dengan menghadapkanku pada keempat temannya yang memang cantik-cantik ini. Ah, kak Risa rese.
“Ini adikmu yang kamu ceritakan itu Ris?” tanya salah satu temannya melirik memperhatikanku.
“Iya… cakep kan? Dia jomblo lho… Ada yang mau nggak sama adikku? Hihihi” ucap kak Risa. Duh, dia ini membuatku malu saja.
“Boleh, tapi sayang aku udah punya pacar” balas temannya itu menggodaku yang direspon gelak tawa mereka semua. Aku ikut cengengesan saja.
“Boleh, tapi sayang aku udah punya pacar” balas temannya itu menggodaku yang direspon gelak tawa mereka semua. Aku ikut cengengesan saja.
Selama beberapa saat aku ngobrol dengan mereka. Bukan obrolan yang penting. Kebanyakan obrolan mereka sekedar menggodaku saja, terlebih kak Risa yang seakan-akan mempermalukan aku.
“Eh, dek, siapa tadi yang paling cantik menurutmu?” tanya kak Risa padaku saat kami sudah pulang.
“Eh, dek, siapa tadi yang paling cantik menurutmu?” tanya kak Risa padaku saat kami sudah pulang.
“Hmm… siapa yah… gak ada tuh. Kakak rese ah bikin aku malu di depan teman-teman kakak”
“Haha, daripada kamunya ngelamun sendirian. Emang mikirin apaan?”
“Gak ada” jawabku berbohong, tentu saja aku malu mengakui kalau aku ngelamunin tubuh telanjangnya waktu itu.
“Haha, daripada kamunya ngelamun sendirian. Emang mikirin apaan?”
“Gak ada” jawabku berbohong, tentu saja aku malu mengakui kalau aku ngelamunin tubuh telanjangnya waktu itu.
“Owh… tapi masa sih gak ada yang cantik menurutmu teman-teman kakak?”
“Ada sih… kak Via, kak Ochi juga cantik” jawabku akhirnya mengaku, kecantikan mereka memang gak kalah dengan kakakku ini. Kak Ochi sama-sama memakai jilbab seperti kakakku, sedangkan kak Via memakai kacamata dengan rambut panjang lurusnya yang tergerai ke belakang. Bisa saja kak Risa punya teman yang cantik-cantik begitu. Tapi bagiku tetap kak Risa lah yang paling cantik.
“Kalau kamu mau, nanti kakak kasih foto mereka deh buat kamu, biar kamu punya bahan” ujar kak Risa kemudian. Bahan? Bahan apaan maksudnya? Bahan coli? Ah, kakakku ini.
“Mikirin apa sih kamu dek? Hahaha… lucu tahu gak ngelihat ekspresi wajah mupengmu itu. Kakak jadi ketagihan nih godain kamu” ucapnya cekikikan. Ternyata dia memang sengaja menggodaku! Bahkan berkata ketagihan. Kurang ajar.
“Ada sih… kak Via, kak Ochi juga cantik” jawabku akhirnya mengaku, kecantikan mereka memang gak kalah dengan kakakku ini. Kak Ochi sama-sama memakai jilbab seperti kakakku, sedangkan kak Via memakai kacamata dengan rambut panjang lurusnya yang tergerai ke belakang. Bisa saja kak Risa punya teman yang cantik-cantik begitu. Tapi bagiku tetap kak Risa lah yang paling cantik.
“Kalau kamu mau, nanti kakak kasih foto mereka deh buat kamu, biar kamu punya bahan” ujar kak Risa kemudian. Bahan? Bahan apaan maksudnya? Bahan coli? Ah, kakakku ini.
“Mikirin apa sih kamu dek? Hahaha… lucu tahu gak ngelihat ekspresi wajah mupengmu itu. Kakak jadi ketagihan nih godain kamu” ucapnya cekikikan. Ternyata dia memang sengaja menggodaku! Bahkan berkata ketagihan. Kurang ajar.
“Kakak rese”
“Hihihi.. biarin. Udah ah, kakak mau mandi dulu”
“Iyaaaa, sana mandi”
“Jangan nyelonong masuk lagi yah…”
“Eh, ng-ngak kok” jawabku tergagap karena malu, dianya hanya cekikikan lalu memeletkan lidah dan masuk ke kamar mandi. Duh… kak Risa.
Sepertinya sejak kejadian aku yang tak sengaja melihat tubuh telanjangnya di kamar mandi waktu itu, membuat dia jadi hobi ngegodain aku dan bikin aku mupeng. Berbagai macam obrolan dan ulah nakal dilakukannya untuk menggodaku. Namun sepertinya apa yang kami lakukan ini jadi keterusan. Aku yang sebelumnya merasa berdosa padanya karena menjadikannya objek onaniku kini malah ingin melihat kenakalannya lagi dan lagi. Aku jadi selalu membayangkan dirinya saat onani.
“Hihihi.. biarin. Udah ah, kakak mau mandi dulu”
“Iyaaaa, sana mandi”
“Jangan nyelonong masuk lagi yah…”
“Eh, ng-ngak kok” jawabku tergagap karena malu, dianya hanya cekikikan lalu memeletkan lidah dan masuk ke kamar mandi. Duh… kak Risa.
Sepertinya sejak kejadian aku yang tak sengaja melihat tubuh telanjangnya di kamar mandi waktu itu, membuat dia jadi hobi ngegodain aku dan bikin aku mupeng. Berbagai macam obrolan dan ulah nakal dilakukannya untuk menggodaku. Namun sepertinya apa yang kami lakukan ini jadi keterusan. Aku yang sebelumnya merasa berdosa padanya karena menjadikannya objek onaniku kini malah ingin melihat kenakalannya lagi dan lagi. Aku jadi selalu membayangkan dirinya saat onani.
Kak Risa juga tampaknya semakin terbawa suasana, tidak lagi seperti hanya ingin menggodaku. Dia kini jadi lebih sering memakai pakaian yang memamerkan aurat jika hanya ada kami berdua di rumah. Entah sengaja atau tidak, dia juga sering seenaknya meninggalkan pakaian dalamnya di kamar mandi.
Ingin rasanya aku melihat tubuh telanjang kakakku itu lagi. Tapi aku tidak berani untuk mencoba mengintipnya saat mandi ataupun berganti pakaian. Aku takut dia marah. Kejadian pertama waktu itu murni karena tidak sengaja, belum tentu dia bersikap serupa kalau kejadian yang sama terulang lagi.
Namun ternyata keinginanku untuk kembali melihat tubuh telanjangnya akhirnya terwujud. Karena tak lama kemudian aku melihatnya telanjang bulat berlari kecil dari kamar mandi menuju ke kamarnya. Pemandangan yang sukses membuat aku panas dingin!
“Maaf yah dek kamu ngelihat kakak telanjang lagi. Kakak lupa bawa handuk” ucapnya santai sambil mengedipkan mata kirinya padaku. Aah… Entah apa jadinya kalau orangtua kami melihat perangai anak gadis mereka ini. Aku sendiri puyeng melihatnya. Walau aku ini adeknya, tapi aku kan laki-laki normal. Kalau digodain seperti ini terus mana bisa tahan. Kakakku ini benar-benar nakal.
Ah… aku jadi penasaran ingin gantian telanjang di depannya. Aku memutuskan untuk mandi juga setelahnya, tapi aku berpura-pura juga lupa membawa handuk dan meminta kak Risa mengambilkan handukku. Saat dia di depan pintu, akupun membuka pintu kamar mandi lebar-lebar, menunjukkan penisku yang tegang pool di hadapannya. Dianya justru tertawa melihat aksiku.
“Hahaha, kamu sengaja yah dek telanjang di depan kakak? Balas dendam? Mesum kamu” ucapnya sambil melempar handuk padaku.
“Hehehe”
“Terus? Udah? Gitu aja? Cuma berani telanjang aja?” ujarnya. Aku yang merasa tertantang kemudian nekat mengocok penisku di depannya. Dia yang malah akhirnya melotot seakan tak percaya aku berani berbuat senekat itu. Namun dia tidak beranjak dari sana, terus berada di depanku menyaksikan aku beronani hingga akupun memuntahkan isi kantong zakarku. Spermaku muncrat dengan kencang, bahkan hampir mengenai kaki kak Risa. Ini merupakan onani ternikmat yang pernah aku rasakan. Onani sambil disaksikan kakakku langsung.
Setelah aku memuntahkan seluruh spermaku, kak Risa masih saja diam. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan saat ini. Apa mungkin dia marah? Atau syok melihat aku yang senekat itu?
“Gila kamu dek, nekat yah kamu… hihihi” ucapnya tertawa geli karena aksiku. Aku hanya garuk-garuk kepala saja. Aku juga tak percaya aku bisa senekat ini.
“Jangan lupa dibersihkan tuh spermamu. Kakak gak mau sampai keinjak nanti” suruhnya kemudian lalu beranjak dari depan pintu.
“Jangan lupa dibersihkan tuh spermamu. Kakak gak mau sampai keinjak nanti” suruhnya kemudian lalu beranjak dari depan pintu.
Akupun menuruti perintahnya untuk membersihkan genangan spermaku sebelum keluar dari kamar mandi.
Meski baru saja mengeluarkan spermaku, tapi tak lama kemudian penisku tegang kembali. Bayangan kak Risa lagi-lagi muncul. Aku seakan tidak pernah puas membayangi kakakku ini. Apalagi dia tidak marah padaku. Apa itu berarti aku boleh melakukannya lagi? Atau boleh melakukan lebih? Ahhh… Itu membuatku penasaran dan membuat penisku semakin tegang saja.
Aku memutuskan untuk memastikannya. Setelah mengeringkan tubuhku, aku nekat ke kamar kak Risa dengan masih telanjang bulat.
“Hihihi… Adek, ngapain kamu telanjang gitu?”
“Kakak aja telanjang aku gak protes” jawabku asal.
“Dasar… terus ngapain ke sini? Belum puas apa kamu onani barusan?”
“Belum… hehehe… Tapi maaf yah kak tadi aku onani di depanmu. Kakak gak marah kan?”
“Hihihi… Adek, ngapain kamu telanjang gitu?”
“Kakak aja telanjang aku gak protes” jawabku asal.
“Dasar… terus ngapain ke sini? Belum puas apa kamu onani barusan?”
“Belum… hehehe… Tapi maaf yah kak tadi aku onani di depanmu. Kakak gak marah kan?”
“Huuu… Iya gak papa, lagian kakak tahu kok kalau selama ini kamu selalu bayangin kakak tiap onani”
“Hehehe, berarti boleh dong aku mengulanginya lagi”
“Kamu udah mesum aja yah sekarang, hihihi”
“Habisnya kakak sih godain aku terus”
“Hehehe, berarti boleh dong aku mengulanginya lagi”
“Kamu udah mesum aja yah sekarang, hihihi”
“Habisnya kakak sih godain aku terus”
“Hihihi… Ya udah. Hmm.. kalau kamu mau, pinjam aja celana dalam kakak biar kamu makin enak bayangin kakaknya. Udah sering kakak tinggalin di kamar mandi tapi kok gak pernah kamu gunain sih dek?”
“Hah? Boleh kak?” Ternyata dugaanku selama ini tidak salah kalau dia sengaja meninggalkan celana dalamnya itu untukku! Tahu gini dari kemarin sudah aku pejuin celana dalamnya.
“Iya… Udah gih sana keluar. Kakak gak mau kamu buang sperma sembarangan di kamar kakak” ujarnya karena melihatku sudah mulai mengocok-ngocok penisku. Aku sebenarnya pengen terus di sini, tapi aku tidak mau juga memaksanya.
Memintanya untuk menemaniku onani di kamarku saja aku juga belum berani. Aku tidak mau ngelunjak dulu saat ini, karena sudah bagus dia tidak marah dan mengizinkan aku bebas beronani. Bisa-bisa nanti moodnya berubah.
Akupun memutuskan untuk kembali ke kamarku.
Akupun memutuskan untuk kembali ke kamarku.
“Dek…” panggil kak Risa sebelum aku keluar dari kamarnya.
“Ya kak?”
“Sekali ini aja gak papa deh”
“Eh, boleh kak?”
`` “Iya… Buruan!”
“Ya kak?”
“Sekali ini aja gak papa deh”
“Eh, boleh kak?”
`` “Iya… Buruan!”
Ugh, senangnya hatiku, kak Risa ternyata membolehkanku juga untuk onani di kamarnya. Aku berdiri mengocok penisku sambil memandangi kak Risa yang sedang duduk di pinggir tempat tidur. Memang tidak ada onani yang lebih enak selain onani sambil ditonton dirinya. Kakakku benar-benar cantik. Tak butuh waktu lama bagiku untuk klimaks. Spermaku kemudian muncrat lagi dengan nikmatnya, yang mana kali ini mengotori lantai kamar kakakku.
Kak Risa lagi-lagi tersenyum melihat apa yang baru diperbuat adeknya sendiri di kamarnya. Lalu menyuruh aku membersihkan lantai.
“Udah sana, puaskan?”
“Iya kak, makasih ya… hehe”
“Udah sana, puaskan?”
“Iya kak, makasih ya… hehe”
Dia tersenyum manis. Sungguh bikin aku gemas. Ah… semoga selanjutnya aku bisa mendapatkan lebih dari sekedar onani.
====
Sejak kejadian itu hari-hariku terasa lebih indah. Selain hubunganku dengan kak Risa memang masih tetap seperti biasa, suka bercanda, suka berantem, dan dia masih sering nyuruh aku seenaknya, tapi kemesuman kami semakin hari juga semakin cabul.
Sejak kejadian itu hari-hariku terasa lebih indah. Selain hubunganku dengan kak Risa memang masih tetap seperti biasa, suka bercanda, suka berantem, dan dia masih sering nyuruh aku seenaknya, tapi kemesuman kami semakin hari juga semakin cabul.
Kadang seharian kami pernah tidak memakai pakaian sama sekali, kami beraktifitas di dalam rumah dengan bertelanjang bulat. Tapi biasanya sih hanya kak Risa yang aku minta tidak usah pakai baju, walau tanpa dimintapun dia sering juga keluyuran di dalam rumah tanpa busana.
Kalau sudah begitu akupun akan lanjut onani dengan bebasnya sambil memandang tubuh telanjangnya. Dia sering menemaniku onani. Aku kini sudah dipersilahkan ngecrot dimanapun dan kapanpun yang aku mau, tidak harus di kamar mandi. Bisa di ruang tamu ataupun malah kamar kakakku.
Asalkan harus segera dibersihkan. Keberadaannya betul-betul membuatku betah di rumah, hehe.
Namun yang pasti kami melakukan itu jika kami hanya berdua saja di rumah. Kalau orangtua kami pulang, aku dan kak Risa pun bertingkah seperti biasa. Terlebih kak Risa yang menjadi sangat sopan dalam berpakaian bila di hadapan papa mama. Sungguh berbanding terbalik bila hanya ada aku di rumah.
“Ntar deh kakak kirim foto-foto kakak lewat Whatsapp” bisiknya padaku. Ya… terpaksa aku disuruh onani dengan foto-fotonya saja, karena memang tidak mungkin melakukannya seperti biasa karena orang tua kami ada di rumah saat ini. Kalau tetap nekat, bisa-bisa perbuatan kami akan ketahuan.
“Sekalian kakak kirim foto-foto teman kakak kalau kamu mau, hihihi” lanjutnya lagi mengedipkan mata dengan nakal. Ugh… Tentu saja aku mau. Baik kak Risa maupun teman-temannya sama-sama cantik, sama-sama mantab dijadikan bahan coli, hehe :P
Untung saja hanya dua hari Papa Mama pulang, mereka harus segera kembali mengurusi pekerjaan. Akhirnya aku bisa bebas lagi. \:V/
Siang itu setelah kami pulang sekolah aku langsung menanggalkan pakaianku dan menuju kamar kak Risa. Dia geleng-geleng kepala sambil tertawa melihat aku yang begitu tak sabaran.
Siang itu setelah kami pulang sekolah aku langsung menanggalkan pakaianku dan menuju kamar kak Risa. Dia geleng-geleng kepala sambil tertawa melihat aku yang begitu tak sabaran.
“Yuk kak.. cepetan dong… pengen nih”
“Cepetan ngapain?” tanyanya senyum-senyum.
“Buka baju kakak, hehe”
“Cepetan ngapain?” tanyanya senyum-senyum.
“Buka baju kakak, hehe”
“Haha, dasar mesum kamu dek…” ucapnya cekikikan. Aku senang karena ternyata dia menuruti keinginanku untuk melepaskan bajunya. Dengan gerakan pelan dan menggoda, dia lepaskan satu-persatu pakaian yang menempel di tubuhnya. Dari baju, celana, hingga pakaian dalam. Dia seakan memuaskan mataku untuk membuatku nafsu pada dirinya.
Akhirnya tubuh telanjangnya terlihat lagi olehku. Aku langsung mengocok penisku sendiri di depannya. Tak hanya itu, aku yang sudah tahan nekat terjun memeluknya.
“Adeeeek! Gila kamu main peluk aja”
“Habisnya aku kangen kakak” ucapku. Aku sadar aku sungguh nekat memelukya dengan kami sama-sama telanjang bulat seperti ini. Tapi aku memang sudah tidak tahan, aku juga menginginkan hal yang lebih dari hanya sekedar onani.
Aku pikir dia marah, tapi ku dengar dia malah tertawa kecil. Diapun membiarkan aku terus memeluknya, bahkan kami sampai berpelukan di atas tempat tidur. Tanpa sadar kami jadi saling menggerayangi dan berciuman satu sama lain.
“Dek, cukup… Jangan keterusan” ujarnya sambil mendorong tubuhku. Aku sebenarnya merasa nanggung, tapi aku takut dia marah, akupun bangkit dan duduk di depannya.
“Kakak gak mau kalau sampai terjadi.. Ingat lho kita itu saudara kandung”
“Iya kak… maaf”
“Hmm… bagus deh kalau kamu ngerti”
“Tapi kak…”
“Tapi apa?”
“Boleh gak kalau aku gesek-gesekin aja”
“Hah? Gesek-gesek dimana?”
“Di buah dada kakak, hehe”
“Hihihi, gila kamu… Kamu benar-benar mesum!”
“Gak boleh yah kak?”
“Kakak gak mau kalau sampai terjadi.. Ingat lho kita itu saudara kandung”
“Iya kak… maaf”
“Hmm… bagus deh kalau kamu ngerti”
“Tapi kak…”
“Tapi apa?”
“Boleh gak kalau aku gesek-gesekin aja”
“Hah? Gesek-gesek dimana?”
“Di buah dada kakak, hehe”
“Hihihi, gila kamu… Kamu benar-benar mesum!”
“Gak boleh yah kak?”
“Hmm…. Kakak pikir gak apa deh, asal jangan keterusan”
Senangnya mendengarnya. Dengan dada berdebar akupun mengangkangi tubuh kak Risa, memposisikan penisku tepat di antara buah dadanya untuk ku gesek-gesekkan di sana. Saat penisku nyelip di sana, aku langsung memaju mundurkan pinggulku. Rasanya sungguh luar biasa, bagaimana batang penisku bergesekan dengan kulit dadanya yang lembut dan kenyal.
Senangnya mendengarnya. Dengan dada berdebar akupun mengangkangi tubuh kak Risa, memposisikan penisku tepat di antara buah dadanya untuk ku gesek-gesekkan di sana. Saat penisku nyelip di sana, aku langsung memaju mundurkan pinggulku. Rasanya sungguh luar biasa, bagaimana batang penisku bergesekan dengan kulit dadanya yang lembut dan kenyal.
Aku mengocok penisku di sana sambil ditemani tatapan dan senyum manisku. Mana bisa tahan? Tak butuh waktu lama akupun muncrat. Mengotori wajah serta buah dada kak Risa dengan spermaku.
“Makasih kak…”
“Iya… dasar mesum. Awas… jangan sampai papa mama tahu”
“Iya kak” tentu saja.
“Iya… dasar mesum. Awas… jangan sampai papa mama tahu”
“Iya kak” tentu saja.
Jadilah sejak saat itu aku tidak hanya onani biasa saja, tidak lagi hanya menumpahkan spermaku di lantai, tapi juga menggesek-gesekkan penisku hingga aku muncrat di tubuh kakakku ini. Baik perut, buah dada, maupun wajah cantiknya.